Pages

Jumat, 20 Agustus 2010

ANALISIS FILM MAMA WA MUKASHI PAPA DATTA



Penyebab mengapa Hitoshi mengalami Gangguan Identitas Gender tidak tergambarkan pada filmnya. Namun dari beberapa referensi, penyebabnya bisa karena faktor biologis (gangguan fisik, bawaan (nature), lingkungan (nurture)), faktor sosial, psikologis & pola asuh orang tua. Namun alasan Hitoshi dikatakan Gangguan Identitas Gender dikarenakan :
  • Hitoshi merasa tidak nyaman pada gender anatominya sendiri
  • Pada umur 3 tahun, Hitoshi mencoba memotong alat kelaminnya
  • Setelah menikah & punya anak pun, Hitoshi memiliki fantasi & keinginan yang kuat menjadi seorang wanita serta berkeyakinan bahwa ia sebenarnya beridentitas wanita, bukanlah pria.
  • Hitoshi melihat istrinya yang sedang menyusui anaknya, ia merasa iri dan tidak dapat membendung perasaannya bahwa ia ingin melakukan seperti yang dilakukan oleh istrinya namun ia tak tahan dan malah memotong urat nadinya.
  • Hitoshi sering tertangkap basah sedang mencoba rok-rok milik istrinya dan senang saat menggunakan pakaian wanita milik Makino
  • Setelah bercerai dengan istrinya, Hitoshi berusaha mengoperasi kelaminnya & memperbesar payudaranya.
  • Hitoshi berperilaku layaknya seorang wanita, mengenakan baju dan atribut wanita Hitoshi pun merasa sangat bahagia setelah melakukan hal tersebut.
  • Hitoshi hidup bersama dua anak laki-lakinya dan berperan sebagai seorang ibu dan tetap mencari nafkah bekerja sebagai supir bus.
  • Hitoshi merasa cemas akan status jenis kelaminnya sebagai wanita karena akan berpengaruh pada pekerjaannya sebagai supir bus, para orang tua disekolah anaknya dan dilingkungan rumah sehingga Hitoshi mencari perlindungan hukum akan status gendernya.


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Cerita film Mama Wa Mukashi Papa Datta





Karakter :

  • Odani Hitomi : dahulu ia adalah laki-laki bernama Hitoshi. Dia menjalani operasi pergantian gender dan menjadi perempuan, tapi masih seorang laki-laki pada daftar sensus. Dia bekerja sebagai driver pelatih jarak jauh saat dia mengangkat anak-anaknya.
  • Makiko Ueno : Hitomi mantan istri dan ibu nyata Shun dan Ryo. Mereka bercerai 7 tahun yang lalu.Dia berharap untuk memimpin anak-anaknya.
  • Arima Yuji : Odani keluarga tetangga dan manajer supermarket. Seorang duda yang memiliki anak, Yuka. Dia bingung oleh masa lalu Hitomi
  • Kikuchi (Lawyer) : Teman sekelas Arima Yuji saat di SMA . Dia adalah seorang pengacara hak asasi pro-manusia yang juga menangani masalah pada gangguan identitas jenis kelamin.
  • Odani Satoshi : Hitomi ayah. Dia mengungkapkan pemahaman untuk pilihan anaknya dan berdoa dengan Sawako.
  • Odani Sawako : Hitomi ibu. Dia keras kepala menolak untuk menerima bahwa anaknya telah menjalani operasi pergantian gender.

Odani Hitomi adalah seorang ibu yang memiliki dua putra, Shun dan Ryo, shun adalah seorang siswa sekolah dasar kelas 6 sedangkan Ryu adalah siswa sekolah dasar kelas 3. Sebelum Hitomi menjadi seorang ibu single parents yang membesarkan kedua putranya, dia adalah seorang “ayah” yang bernama Hitoshi . Hitoshi memiliki gangguan identitas gender. Gangguan ini terjadi sudah lama. Menurut orang tuanya perilaku Hitoshi mulai telihat aneh ketika berumur 3 tahun. Saat berumur 3 tahun, Hitoshi pernah mengurung diri didalam kamar mandi dan berusaha memotong kemaluannya. Semakin bertambah usia, Hitoshi semakin merasakan bahwa di dalam dirinya seperti sosok perempuan yang terperangkap dalam tubuh pria.

Hitoshi akhirnya bertemu dengan seorang wanita bernama Makino Ueno. Hitoshi memutuskan untuk menikahi Makino dan melakukan program bayi tabung untuk mendapatkan keturunan. Namun ternyata hasrat wanita dalam diri Hitoshi tidak dapat menghilang, bahkan semakin menjadi sampai puncaknya ketika Makino sedang menyusui anaknya yang ke 2 yaitu Ryu, Hitoshi memotong urat nadinya karena tidak tahan untuk menyembunyikan keinginannya untuk menyusui juga. Akhirnya Hitoshi menceritakan semuanya pada Makino. Dia kemudian menceraikan istrinya dan menjalani operasi pergantian gender dan menjadi seorang wanita yang kemudian merubah namanya menjadi Hitomi. Ayah Hitomi menerima perubahan tersebut akan tetapi ibunya menentang pergantian gender yang dilakukan oleh Hitomi. Hitomi berusaha membesarkan dua anak laki-laki sebagai “ ibu” setelah bercerai dengan Makino.

Putra tertuanya, Shun, adalah seorang pemain baseball yang bermain di Liga Little. Setiap akhir pekan, Hitomi bersama dengan putra keduanya, Ryo, mendukung dan menemani setiap Shun latihan bermain baseball. Suatu hari, Arima Yuji dan Yuka putrinya, yang baru saja pindah dan menjadi tetangga di apartemennya, datang untuk menonton latihan Shun juga. Ketika mereka tiba di lapangan,orang tua dari para pemain yang mengetahui jati diri Hitomi yang sebenarnya, mereka meminta Hitomi untuk mengeluarkan Shun dari tim baseball. Para orang tua dari anak-anak lain sering mengatakan kata-kata yang menyakitkan seperti "Pendidikan anak Anda buruk” atau "Anda membuat kita sakit", hal itu sudah biasa terdengar oleh Hitomi, tetapi Hitomi berusaha meyakinkan para orang tua bahwa anaknya normal.

Atas permintaan para orang tua, pelatih membatalkan latihan baseball dan mengeluarkan Shun dari timnya. Shun hanya diam dan menutup mulutnya. Hitomi menangis sendirian dan frustrasi. Saat itu Arima tidak mengerti apa yang terjadi pada Hitomi sehingga hitomi memberitahukan kepadanya tentang sejarah dirinya. Setelah mendengar semua itu, Arima sangat kaget dan tidak dapat berbicara sepatah katapun, akan tetapi walaupun Arima terlihat kebingungan, ia tidak dapat memaafkan perbuatan para orang tua itu yang telah berprasangka buruk terhadap Hitomi dan Shun. Hal ini mendorong Arima dan Yuji untuk membantu keluarga Hitomi mendapatkan pengakuan dan perlindungan hukum dari pemerintah. Konflik demi konflik terjadi diantara Hitomi, Shun dan Ryu. Shun yang mulai beranjak remaja bingung dan menarik diri dari Hitomi karena merasa berbeda dari teman-temannya sehingga dia kabur dari rumah dan menginap di rumah Makino. Shun marah dan tidak mau pulang, Hitomi memohon agar Shun pulang dan berkumpul lagi bersama Ryu dan dirinya.

Shun akhirnya menjelaskan & membujuk Ryu bahwa ibu kandung mereka ingin sekali Ryu ikut dengan Shun dan tinggal bersamanya, Ryu bingung dan berusaha mencari jalan keluar dari permasalahan ini. Ryu akhirnya datang menemui ibu kandungnya dan meminta ibu kandungnya untuk memohon agar dapat membujuk Shun pulang kembali ke rumah. Akhirnya Shun kembali ke rumah dan memutuskan untuk bergabung dengan klub baseball yang lain yang dapat menerima dirinya dan keluarganya. Atas kejadian itu, hubungan Hitomi dan Makino membaik dan mereka menjadi teman yang saling membantu satu sama lainnya. Masalah selanjutnya yang diterima Hitomi adalah permasalahan dari pekerjaannya. Hitomi bekerja sebagai sopir bis jarak jauh dimalam hari. Pemilik perusahaan bus tersebut telah mengetahui masalah gender yang menimpa Hitomi dan menerima Hitomi dengan baik, akan tetapi rekan-rekan kerja Hitomi yang mayoritas adalah laki-laki mulai melecehkan Hitomi. Akhirnya Hitomi memutuskan mengundurkan diri dan mencari pekerjaan baru.

Arima membantu Hitomi untuk memperjuangkan haknya agar dapat dilindungi oleh hukum, Hitomi diperkenalkan dengan seorang pengacara yaitu teman sekelas Arima ketika berada di SMA yang bernama Kikuchi yang pada akhirnya membantu Hitomi mendapatkan perlindungan hukum dari pemerintahan. Kikuchi mewawancarai orang-orang terdekat disekitar Hitomi untuk mendapatkan data yang dapat mendukung agar mendapat hak perlindungan dari pemerintah. Salah satu orang yang diwawancarai oleh Kikuchi adalah Makino, yang harus menceritakan kembali masa-masa awal ketika Hitomi masih menjadi Hitoshi. Makino menceritakan bahwa Hitoshi pernah mengungkapkan keiriannya pada Makino saat menyususi putra-putra mereka, selain itu Hitoshi sering tertangkap basah sedang mencoba rok-rok milik Makino dan senang saat menggunakan pakaian wanita milik Makino, payudara Hitoshi pun semakin hari semakin besar karena dioperasi oleh Hitoshi dan semakin menunjukkan bahwa Hitoshi ingin menjadi wanita. Sampai akhirnya Hitoshi memotong pergelangan tangannya karena putus asa dan memutuskan mengoprasi alat kelaminnya dan mengubahnya menjadi alat kelamin wanita.

Dalam perjuangannya mendapatkan pengakuan dan perlindungan hukum dari pemerintah, Hitomi sempat membantu seorang anak laki-laki berumur 20 tahun yang bernama Kayama. Kayama memiliki masalah yang sama dengan Hitomi, yaitu merasa diri perempuannya terperangkap di dalam tubuh laki-laki. Kayama tinggal bersama kakeknya yang menentang adanya perubahan gender, orang tua kayama meninggal dunia karena kecelakaan. Dengan gigihnya, Hitomi meyakinkan kakeknya tersebut, sehingga kakeknya dapat menerima perubahan gender yang dilakukan oleh Kayama. Untuk membalas semua yang sudah dilakukan oleh Hitomi, Kayama membantu Hitomi dalam upayanya untuk mendapatkan pengakuan dan perlindungan hukum dari pemerintah. Hal tersebut membuat hubungan Hitomi dan Arima semakin dekat. Kedekatan mereka ternyata bersamaan dengan kedekatan antara Shun dan Yuji. Shun akhirnya memutuskan untuk tidak mejalin hubungan yang lebih dalam dengan Yuji karena mengetahui Hitomi jatuh cinta kepada Arima. Akan tetapi mereka menyadari kalau mereka tidak dapat bersatu dan memutuskan untuk tetap seperti sebelumnya. Tetap menjadi teman sekaligus tetangga yang baik hati untuk Hitomi.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Jumat, 13 Agustus 2010

Kasus Pedofilia



CONTOH KASUS PEDOPHILIA

Kasus Pedophilia Heteroseksual

Seorang kakek (72 tahun) baru dua minggu ditinggal mati oleh istrinya. Ia mengeluh kepada tetangga sebelah bahwa ia tidak sanggup tidur di rumah sendirian karena selalu terkenang pada istrinya. Tanpa menaruh curiga, tetangga menawarkan agar kakek tersebut tidur dengan anak perempuannya yang baru berusia 8 tahun. Anak perempuan itu rupanya juga sangat sayang pada kakek yang “baik hati” dan ia sudah menganggap sebagai kakeknya sendiri. Anak ini sering diberi uang jajan setiap akan pergi ke sekolah antara Rp 500,- hingga Rp 1000,-. Pada suatu pagi, anak ini menangis ketika buang air kecil karena kesakitan. Ternyata pada organ genitalnya terdapat luka. Setelah ditanya berulang-ulang oleh ibunya, dengan takut-takut si anak menceritakan bahwa ia telah di perlakukan oleh kakek tersebut. Anak tersebut belum mengerti dirinya diapakan oleh si kakek, ia hanya merasa sakit. Selain itu, ia juga mendapat ancaman dari si kakek untuk tidak menceritakan apa yang telah terjadi pada siapapun. Kata kakek, kalau bercerita ia akan dicubit sampai mati. Ketika kakek itu ditanya, ia mengaku bahwa dirinya tidak mampu menahan nafsunya setelah melihat rok anak tersebut tersingkap sewaktu tertidur.

Pedophilia mungkin merasa impoten atau merasa tidak mampu untuk melampiaskan nafsu birahinya kepada wanita dewasa. Biasanya, kecenderungan ini muncul setelah pertengkaran dengan istri atau direndahkan oleh teman-temannya. Akan tetapi pada kasus ini perilaku seksual yang dilampiaskan terhadap anak tersebut bisa disebabkan oleh karena istri meninggal dunia dan kurang berani untuk melampiaskan nafsu tersebut pada wanita dewasa diluar pernikahan. Moral yang rendah pada kakek ini pun merupakan salah satu faktor penyebab perilaku tersebut. Kecuali itu, kebencian, kemarahan, dan dendam terhadap wanita juga akan melatarbelakangi perilaku pedophilia.

Dalam hal ini, terdapat kombinasi antara :

· Regresi,

· Takut impoten,

· Hambatan moral dan erotis yang lebih rendah,

· Kesempatan yang terbatas, untuk mendapatkan pasangan seksual yang wajar.

Kinsey menambahkan bahwa penurunan reaksi erotis, kehilangan kapasitas untuk penampilan dan penurunan kehidupan emosi dari seorang individu yang disebabkan oleh rasa kesunyian di hari tua, baik sebagai orang tua atau kakek, mendorong seseorang untuk menguasai atau menarik perhatian anak-anak tetangga atau bahkan cucunya sendiri. Disisi lain, anak-anak belum mengerti sama sekali akan mekanisme koitus, sehingga mereka menginterpretasikan pendekatan “kakek” sebagai salah satu bentuk rasa kasih sayang yang diberikan orang dewasa kecuali orang tuanya sendiri. Anak-anak tidak memahami bahwa perlakuan kakek merupakan usaha perkosaan.


Kasus Pedophilia Homoseksual :

Ketakutan kastrasi juga melatarbelakangi pedophilia. Untuk itu, pedophilia homoseksual memanipulir anak laki-laki sebagai objek pemuasan hasrat seksualnya.

Seorang anak laki-laki (berumur 15 tahun), menderita anxiety disorder neurosa, pengalaman traumatic yang ia alami terjadi ketika berusia 13 tahun, saat duduk di kelas 1 SMP. Pada saat itu, guru matematikanya seorang pria berumur kira-kira 25 tahun, mengundangnya ke rumah dengan alasan akan diberi tambahan pelajaran. Tetapi, ternyata ia di paksa melakukan oral genital oleh guru tersebut dengan ancaman akan diberi nilai 3 untuk pelajaran marematika di rapornya. Disamping itu, gurunya juga memainkan alat genitalnya sehingga ia pun merasakan adanya ransangan seksual.

Pengalaman ini begitu mengesankan, sehingga ia terpaku dan bahkan setelah kejadian pertama justru ia sendiri ketagihan dan ingin mengulang perbuatan tersebut. Sehingga, terbinalah relasi pedophilis homoseksual.

Akan tetapi di pihak lain, ia merasa sangat berdosa karena perilaku itu sangat bertentangan dengan ajaran agamanya. Ia menderita ketegangan psikis dan manjadi neurotis. Konsentrasinya terganggu serta prestasi belajarnya pun semakin menurun dan ia merasa gagal dalam hidup. Kegagalan demi kegagalan saling tumpang tindih disertai oleh peningkatan derajat ketegangan emosional dan keterpakuan terhadap perilaku homoseksual pun semakin tertanam.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Jumat, 06 Agustus 2010

Gangguan Seksualitas (Bagian 4)



3. GANGGUAN IDENTITAS GENDER
A. PENGERTIAN
Gangguan identitas gender adalah bagaimana seseorang merasa bahwa ia adalah seorang pria atau wanita, dimana terjadi konflik antara anatomi gender seseorang dengan identitas gendernya (Nevid, 2002). Identitas jenis kelamin adalah keadaan psikologis yang mencerminkan perasaan dalam diri seseorang sebagai laki-laki atau wanita (Kaplan, 2002). Fausiah (2003) berkata, identitas gender adalah keadaan psikologis yang merefleksikan perasaan daam diri seseorang yang berkaitan dengan keberadaan diri sebagai laki-laki dan perempuan.

Identitas jenis kelamin (gender identity): keadaan psikologis yang mencerminkan perasaan dalam (inner sense). Didasarkan pada sikap, perilaku, atribut lainnya yang ditentukan secara kultural dan berhubungan dengan maskulinitas atau femininitas. Peran jenis kelamin (gender role): pola perilaku eksternal yang mencerminkan perasaan dalam (inner sense) dari identitas kelamin. Peran gender berkaitan dengan pernyataan masyarakat tentang citra maskulin atau feminim. Konsep tentang normal dan abnormal dipengaruhi oleh factor social budaya, Perilaku seksual dianggap normal apabila sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dan dianggap abnormal apabila menyimpang dari kebiasaan yang ada di masyarakat.

Gangguan Identitas Gender
Criteria diagnostic gangguan identitas gender: Identifikasi yang kuat dan menetap terhadap gender lain:
 Berkeinginan kuat menjadi anggota gender lawan jenisnya (berkeyakinan bahwa ia memiliki identitas gender lawan jenisnnya)
 Memilih memakai baju sesuai dengan stereotip gender lawan jenisnya
 Berfantasi menjadi gender lawan jenisnya atau melakukan permainan yang dianggap sebagai permainan gender lawan jenisnya.
 Mempunyai keinginan berpartisipasi dalam aktivitas permainan yang sesuai dengan stereotip lawan jenisnya
 Keinginan kuat mempunyai teman bermain dari gender lawan jenis (dimana biasanya pada usia anak – anak lebih tertarik untuk mempunyai teman bermain dari gender yang sama)
Pada remaja dan orang dewasa dapat diidentifikasikan bahwa mereka berharap menjadi sosok lawan jenisnya, berharap untuk bisa hidup sebagai anggota dari gender lawan jenisnya.
 Perasaan yang kuat dan menetap ketidaknyamanan pada gender anatominya sendiri atau tingkah lakunya yang sesuai stereotip gendernya.
 Tidak terdapat kondisi interseks.
 Menyebabkan kecemasan yang serius atau mempengaruhi pekerjaan atau sosialisasi atau yang lainnya.
 Gangguan identitas gender dapat berakhir pada remaja ketika anak – anak mulai dapat menerima identitas gender. Tetapi juga dapat terus berlangsung sampai remaja bahkan hingga dewasa sehingga mungkin menjadi gay atau lesbian.

Sejarah Gender Identity dan Gender Identity Disorder
Sebelum tahun 1955, kata ‘gender’ terbatas khusus pada area untuk mengindikasikan pria atau wanita ketika dipakai baik pada kata benda, pronoun, dan kata sifat. Definisi pertama untuk istilah ‘peran gender’ dierikan oleh John Money dalam artikelnya 'Hermaphroditism, gender and precocity in hyperadrenocorticism: psychological findings' yang diterbitkan oleh Bulletin of the John Hopkins Hospital pada tahun 1955. money ingin membedakan sebuah situasi dari perasaan, penerimaan, dan tingkah laku yang mengidentifikasikan seseorang sebagai anak laki-laki atau anak perempuan, pria atau wanita, berbeda dengan kesimpulan bahwa identifikasi dapat dilakukan hanya dengn mempertimbangkan gonad mereka. Istilah 'gender identity' muncul pada pertengahan 1960-an dalam hubungannya dengan pendirian sebuah kelompok studi gender identity pada University of California. Stoller mendefinisikannya sebagai :‘sebuah sistem yang kompleks dari kepercayaan mengenai dirnya sendiri tentang perasaan maskulinitas dan feminitas mereka. Hal ini tidak menunjukkan apapun mengenai dasar perasaan tersebut. Kemudian istilah ini menjadi konotasi psikologi menjadi keadaan sujektif sesorang.’

Awal mula Gangguan Identitas Gender
Gangguan identitas gender bermula dari trauma dari orang tua yang berlawan jenis, pergaulan individu, pengaruh media massa. Kaplan (2002), gangguan identitas gender ditandai oleh perasaan kegelisahan yang dimiliki seseorang terhadap jenis kelamin dan peran jenisnya. Gangguan ini biasanya muncul sejak masa kanak-kanaak saat usia dua hingga empat tahun (Green dan Blanchard dalam Fausiah, 2003).
Nevid (2002) mengemukakan bahwa gangguan identitas gender dapat berawal dari masa kanak-kanak dengan disertai distress terus menerus dan intensif, bersikap seperti lawan jenis dan bergaul dengan lawan jenis, serta menolak sifat anatomi mereka dengan adanya anak perempuan yang memaksa buang air kecil sambil berdiri atau anak laki-laki yang menolak testis mereka.

B. FAKTOR PENYEBAB IDENTITAS GENDER
Saat ini, masih belum terdapat pertanyaan mengenai penyebab munculnya gangguan identitas gender: nature atau nurture? Walaupun terdapat beberapa data tentatif bahwa gangguan tersebut disebabkan oleh faktor biologis, yaitu hormon, namun data yang tersedia tidak dapat mengatribusikan munculnya transeksualisme hanya kepada hormon (Carroll, 2000). Faktor biologis lain, seperti kelainan kromosom dan struktur otak, juga tidak dapat memberikan penjelasan yang konklusif.

Faktor lain yang dianggap dapat menyebabkan munculnya gangguan identitas seksual adalah faktor sosial dan psikologis. Lingkungan rumah yang memberi reinforcement kepada anak yang melakukan cross-dressing, misalnya, kemungkinan erkontribusi besar terhadap konflik antara anatomi sex anak dan identitas gender yang diperolehnya (Green, 1974, 1997; Zuckerman & Green, 1993). Walaupun demikian, faktor sosial tidak dapat menjelaskan mengapa seorang laki-laki yang dibesarkan sebagai perempuan, bahkan dengan organ seks perempuan, tetap tidak memiliki identitas gender perempuan dan akhirnya memilih untuk hidup sebagai laki-laki.
Teori belajar menekankan tidak adanya figur seorang ayah pada kasus anak laki – lakii menyebabkan ia tidak mendapatkan model seorang pria. Teori psikodinamika dan teori belajar lainnya menjelaskan bahwa orang dengan gangguan identitas gender tidak dipengaruhi tipe sejarah keluarganya. Faktor keluarga mungkin hanya berperan dalam mengkombinasikan dengan kecenderungan biologisnya. Orang yang mengalami gangguan identitas gender sering memperlihatkan gender yang berlawanan dilihat dari pemilihan alat bermainnya dan pakaian pada masa anak – anak. Hormon pernatal yang tidak seimbang juga mempengaruhi. Pikiran tentang maskulin dan feminine dipengaruhi oleh hormone seks fase – fase tertentu dalam perkembangan prenatal.

Penyebab gangguan identitas gender :
 Faktor biologis ( gangguan fisik,bawaan (nature),lingkungan (nurture) )
 GIG juga dapat dipengaruhi oleh hormon.Misalnya :
• ketidakmampuan memproduksi suatu hormon untuk membentuk penis dan skrotum pada masa pertumbuhan janin oleh ibu semasa anak dalam kandungan.
• ibu yang mengonsumsi hormon seks saat hamil,biasanya digunakan untuk mencegah pendarahan rahim selama hamil.
 Faktor-faktor sosial dan psikologis
Peran lingkungan juga dapat mempengaruhi terjadinya GIG. Misalnya : ibu yang suka melihat anak laki-lakinya berpakaian seperti perempuan. Hal tersebut dapat menyebabkan anak bingung akan IG yang dia miliki,yang dapat menyebabkan konflik IG pada anak.
 Selain itu bagaimana cara orang tua memperlakukan anaknya juga dapat mempengaruhi terjadinya GIG. Misalnya : ibu yang menginginkan anak cewek tapi melahirkan anak laki-laki,maka ia akan memperlakukan anaknya seperti anak cewek.

C. CIRI-CIRI (Nevid, 2002)
 Identifikasi yang kuat dan persisten terhadap gender lainnya: adanya ekspresi yang berulang dari hasrat untuk menjadi anggota dari gender lain, preferensi untuk menggunakan pakaian gender lain, adanya fantasi yang terus menerus mengenai menjadi lawan jenis, bermain dengan lawan jenis,
 Perasaan tidak nyaman yang kuat dan terus menerus, biasa muncul pada anak-anak dimana anak laki-laki mengutarakan bahwa alat genitalnya menjijikkan, menolak permainan laki-laki, sedangkan pada perempuan adanya keinginan untuk tidak menumbuhkan buah dada, memaksa buang air kecil sambil berdiri.
 Penanganannya sama seperti menangani gangguan seksual

D. MACAM-MACAM GANGGUAN IDENTITAS GENDER
a) Gangguan Identitas Gender pada Kanak-kanak
Menurut PPDGJ III, terdapat gambaran esensial untuk diagnosis adalah :
 Keinginan anak yang “mendalam” (pervasive) dan “menetap” (persistent) untuk menjadi (atau keteguhan bahwa dirinya adalah) jenis kelamin lawan jenis-nya, disertai penolakan terhadap perilaku, atribut dan atau pakaian yang sesuai untuk jenis kelaminnya, tidak ada rangsangan seksual dari pakaian
 Yang khas adalah bahwa manifestasi pertama timbul pada usia pra-sekolah. Gangguan harus sudah tampak sebelum pubertas
 Pada kedua jenis kelamin, kemungkinan ada kelaminnya sendiri, tetapi hal ini jarang terjadi.
 Ciri khas lain, anak dengan gangguan identitas jenis kelamin, menyangkal bahwa dirinya terganggu, meskipun mereka mungkin tertekan oleh konflik dengan keinginan orang tua atau kawan sebayanya dan oleh ejekan dan atau penolakan oleh orang-orang yang berhubungan dengan dirinya.

b) Gangguan Identitas Gender pada Remaja
Pada masa remaja atau dewasa, orang-orang yang mengalami gangguan ini lebih realistic dan menyadari bahwa identifikasi seks fisiologis mereka tidak akan berubah, tetapi mereka merasa tidak senang dengan hal itu. Beberapa orang yang mengalami gangguan identitas gender berpakaian sebagai anggota dari jenis kelamin lain, tetapi mereka melakukan itu karena mereka senang dalam pakaian itu dan tidak melakukan itu untuk memperoleh kepuasan seksual yang terjadi pada orang-orang yang mengalami fetishisme transvestis
• Pada remaja dan dewasa: menyatakan keinginan untuk menjadi jenis kelamin lain, sering sepintas menjadi jenis kelamin lain, keinginan untuk hidup dan diperlakukan sebagai jenis kelamin lain, atau keyakinan bahwa ia memiliki perasaan dan reaksi yang tipikal dari jenis kelamin lain
• Pada remaja dan dewasa: Preokupai menghilangkan karakteristik seks promer dan sekunder datau keyakinan bahwa ia lahir sebagai jenis kelamin yang salah.

c) Gangguan Identitas Gender pada Orang Dewasa
Orang dewasa dengan gangguan identitas gender kadang-kadang menjalani kehidupan mereka sebagai anggota jenis kelamin yang berlawanan. Mereka cenderung tidak nyaman hidup di dunia sebagai anggota biologis mereka sendiri atau seks genetik. Mereka sering silang-pakaian dan lebih memilih untuk terlihat di depan umum sebagai anggota jenis kelamin lain. Beberapa orang dengan permintaan operasi ganti kelamin gangguan.
Orang dewasa dengan gangguan identitas gender sering menampilkan gejala berikut:
• Keinginan untuk hidup sebagai orang yang berlawanan jenis.
• Keinginan untuk terbebas dari alat kelamin mereka sendiri.
• Berpakaian dan berperilaku secara khas lawan jenis.
• Penarikan dari interaksi sosial dan aktivitas.
• Perasaan isolasi, depresi, dan kecemasan.

E. Prevensi
Individu dan konseling keluarga biasanya dianjurkan untuk merawat anak-anak dengan gangguan identitas gender. Konseling berfokus pada masalah-masalah yang terkait memperlakukan depresi dan kecemasan dan meningkatkan harga diri. Terapi juga bertujuan membantu fungsi individual maupun mungkin dalam jenis kelamin biologisnya. Konseling dianjurkan untuk orang dewasa, seperti keterlibatan dalam kelompok dukungan. Beberapa orang dewasa transeksual permintaan perawatan hormon dan operasi untuk menekan karakteristik biologis seks mereka dan untuk mencapai orang-orang dari lawan jenis. Perubahan bedah seks seseorang disebut operasi pergantian gender (kadang-kadang disebut sebagai perubahan seks operasi). Karena operasi ini adalah besar dan ireversibel, calon harus menjalani pembedahan evaluasi yang ekstensif dan periode transisi.

Terapi
 Body Alterations
Pada terapi jenis ini, usaha yang dilakukan adalah mengubah tubuh seseorang agar sesuai dengan identitas gendernya. Untuk melakukan body alterations, seseorang terlebih dahulu diharuskan untuk mengikuti psikoterapi selama 6 hingga 12 bulan, serta menjalani hidup dengan gender yang diinginkan (Harry Benjamin International Gender Dysphoria Association, 1998). Perubahan yang dilakukan antara lain bedah kosmetik, elektrolisis untuk membuang rambut di wajah, serta pengonsumsian hormon perempuan. Sebagian transeksual bertindak lebih jauh dengan melakukan operasi perubahan kelamin.Keuntungan operasi perubahan kelamin telah banyak diperdebatkan selama bertahun-tahun. Di satu sisi, hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada keuntungan sosial yang bisa didapatkan dari operasi tersebut. Namun penelitian lain menyatakan bahwa pada umumnya transeksual tidak menyesal telah menjalani operasi, serta mendapat keuntungan lain seperti kepuasan seksual yan lebih tinggi.

 Ganti kelamin
Sebelum tindakan operasi kelamin ada beberapa hal yang harus diperhatikan individu. Ada beberapa tahap yang harus dialaui sebelum tindakan operasi kelamin dilakukan. Tahap – tahap tersebut adalah: Memastikan kemantapan dalam mengambil keputusan. Jika terdapat delusi paranoid dalam memutuskan mengganti kelamin, maka ahli bedah harus menolak permintaanya.

Orang yang ingin merubah dari pria menjadi wanita, estrogennya ditingkatkan untuk menumbuhkan karakteristik alat kelamin sekunder wanita. Sedangkan pada wanita yang ingin menjadi pria, hormon androgennya ditingkatkan untuk mengembangkan karakteristik alat kelamin sekunder pria.Sebelum operasi diwajibkan hidup selama satu tahun sebagai orang dari gender lawan jenisnya untuk memprediksi penyesuaian setelah operasi. Untuk orang yan mengganti kelamin dari pria menjadi wanita, penis dan testis dibuang. Kemudian jaringan dari penis digunakan untuk membuat vagina buatan. Jika dari wanita menjadi pria, ahli bedah membuang organ kelamin internal dan meratakan payudaranya dengan membuang jaringan lemak.

 Pengubahan Identitas Gender
Walaupun sebagian besar transeksual memilih melakukan body alterations sebagai terapi, ada kalanya transeksual memilih untuk melakukan pengubahan identitas gender, agar sesuai dengan tubuhnya. Pada awalnya, identitas gender dianggp mengakar terlalu dalam untuk dapat diubah. Namun dalam beberapa kasus, pengubahan identitas gender melalui behavior therapy dilaporkan sukses. Orang-orang yang sukses melakukan pengubahan gender kemungkinan berbeda dengan transeksual lain, karena mereka memilih untuk mengikuti program terapi pengubahan identitas gender.




Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO